Minggu, 26 Oktober 2014

Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme,, Laporan Biologi Terakhirku saat semester pertama Hihihi


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM “PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ORGANISME”









Di Susun oleh
NAMA                               : DIAN PURNAMASARI THALIB
NIM                                   : ( 213 330 005 )
KELAS/ KELOMPOK      : 1 BIOLOGI/ 3 ( TIGA )
DOSEN                              : ASRULLAH SYAM, S.Pd, M.Pd





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2013/2014
HALAMAN PENGESAHAN
 Laporan lengkap praktikum Biologi Umum dengan judul “Pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme”

Nama                           : DIAN PURNAMASARI THALIB
NIM                            : 213 330 005
Kelas                           : 1 BIOLOGI
Kelompok                   : 3

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen/Asisten yang bersangkutan.

Parepare,
Koordinator Asisten                                                   Asisten           


Asrullah Syam, S.Pd., M.Pd.                                      Asrullah Syam, S.Pd., M.Pd. 
NBM. 1126624                                                           NBM. 1126624











BAB 1
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Makhluk hidup pada umumnya biasanya dapat bertahan hidup pada suhu sekitar 0o C – 40o C. Sedang untuk suhu di bawah 0o C dan di atas suhu 40o C hanya dapat ditolelir oleh hewan berdarah panas yang mampu hidup di bawah titik beku karena memiliki bulu yang tebal serta suhu tubuh yang konstan. Pada umumnya suhu rendah tidak langsung mematikan makhluk hidup tetapi makhluk hidup tersebut seolah berhenti kehidupannya dan dikatakan melakukan hibernasi. Hewan-hewan yang berada pada daerah subtropik biasanya akan mengalami hibernasi ( istirahat dan tidur ) pada musim dingin. Dan apabila suhu tersebut telah kembali ke normal maka hewan-hewan tersebut akan bangun dan bangkit dari tidur dan istirahat panjangnya kemudian melakukan aktivitasnya seperti sediakala.                               
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dilakukanlah percobaan yang berjudul pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme untuk dapat membandingkan kecepata penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
Ketika makhluk hidup tersebut tidak mampu untuk menyesuaikan diri, maka ia akan mengalami kematian atau terkena seleksi alam.Setiap makhluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya yaitu menerima dan menanggapi rangsangan. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan, maka makhluk hidup akan melakukan penyesuaian diri (adaptasi) untuk merasa lebih nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal.
Salah satu perubahan yang sering terjadi pada lingkungan adalah perubahan suhu/temperatur. Pada manusia misalnya, ketika merasa kedinginan menggunakan pakaian yang tebal sedangkan ketika suhunya panas, maka pakaian yang dipakai adalah pakaian yang tipis. Ini merupakan salah satu contoh bentuk penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya. Akan tetapi, di sebuah tempat yang gersang akibat kemarau panjang, satu per satu tumbuhan akan mati karena kekurangan air dalam tanah dan suhu lingkungan yang tinggi. Sementara itu, tumbuhan seperti kaktus dapat bertahan hidup. Hal inilah yang disebut seleksi alam.
Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai makhluk hidup. Ada berbagai jenis makhluk hidup di dunia ini di seluruh belahan dunia. Setiap spesies memiliki bentuk dan karakteristik yang sangat beragam. 
Sesuai dengan uraian diatas, maka penulis mencoba untuk melakukan praktikum dengan menggunakan 3 ekor ikan yang disimpan dalam air yang bersuhu berbeda-beda  untuk mengetahui pengaruh suhu/ temperatur terhadap aktivitas organisme dengan judul praktikum “ Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme.
B.     TUJUAN PRAKTIKUM

Melalui percobaan ini mahasiswa di harapkan dapat membandingkan kecepatan pengguna oksigen pada suhu yang berbeda.

C.    WAKTU PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Hari/ tanggal    :Sabtu/ 21 Desember 2013
Waktu              : 13.30 – 16.00 Wita
Tempat            : Jl. Muhammadiyah No. 8 Parepare
                  Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Parepare















BAB 3
MOTOPOLOGI PRAKTIKUM

A.    ALAT DAN BAHAN

1.    Alat
-     Termometer batang 2 buah, mengukur panas dan dingin suhu
-     Stopwach/ Jam tangan
-     Neraca
-     Becker glass 1000ml 3 buah

2.    Bahan
-     Ikan mas koi 3 ekor
-     Es batu
-     Air panas
-     Air kran

B.     Cara kerja

-     Masukkan 3 ekor mas koi yang realatif sama besarnya ke dalam becker glass yang berisi air kran, aktimalisasi selama 15 menit.
-     Siapkan 3 buah becker glass ukuran 1000ml sebanyak 3 buah dan berikan masing-masing label A untuk aip panas, label B untuk air dingin, dan label C untuk air kran.
-     Ambil satu ekor mas koi dan masukkan ke dalam becker glass A yang berisi air panas (380C) 800ml. Hitung dan catat frekuensi gerakan (buka tutup) overculum dalam satu menit selama 5 menit.
-     Ambil satu ekor mas koi dan masukkan ke dalam becker glass B yang berisi air panas (160C) 800ml. Hitung dan catat frekuensi gerakan (buka tutup) overculum dalam satu menit selama 5 menit.
-     Ambil satu ekor mas koi dan masukkan ke dalam becker glass C yang berisi air panas (270C) 800ml. Hitung dan catat frekuensi gerakan (buka tutup) overculum dalam satu menit selama 5 menit.
-     Catat hasil pengamatan ikan mas koi ke dalam tabel pengamatan.





















BAB 4
PEMBAHASAN

A.      HASIL PENGAMATAN

Becker glass
Ikan ke

Waktu (Menit ke ...)
Rata-Rata
1
2
3
4
5
A (Air panas)

1
45
58
50
68
63
56,8
B (Air dingin)

2
65
63
64
70
69
66,2
C (Air kran)

3
54
89
71
82
74
74

Analisis Data
Kecepatan rata-rata menutup atau membuka Overculum

a)         Becker I ( 38º C)
                                      F1 + F2 + F3 + F4 + F5
                        Σ F I =
                                                    5 menit
                                      45 + 58 + 50 + 68 + 63        
                        Σ F I =
                                                    5 menit
                                         284
                        Σ F I =
                                             5
                        Σ F I =   56,8  kali/ menit



b)        Becker II ( 16ºC)
                                   F1 + F2 + F3 + F4 + F5
                  Σ F II =   
                                           5 menit
                             
                                   65 + 63 + 64 + 70 + 69     
                  Σ F II =
                                              5 menit

                                   331
                  Σ F II =
                                  5 menit
                  Σ F II =  66,2  kali/ menit

c)        Becker III ( 27º C)
                                  F1 + F2 + F3 + F4 + F5
                  Σ F III =
                                              5 menit
                                  54 + 89 + 71 + 82 + 74      
                  Σ F III =
                                                    5 menit
                                   370
                  Σ F III =
                                  5 menit
                        Σ F III =   74  kali/ menit




B.       PEMBAHASAN

a)      Percobaan I:
        Pada becker glass I yang berisi air panas dengan suhu 38ºC, pada menit pertama ikan melaukan gerakan buka tutup operculum sebanyak 45 kali, kemudian gerakan buka tutup operculum sebanyak 58 kali pada menit kedua. Pada menit ketiga, frekuensi gerakan buka tutup opeculum ikan  sebanyak 50 kali. Sebanyak 68 kali frekuensi gerakan buka tutup operculum pada menit keempat dan pada menit kelima frekuensi gerakan buka tutup operculum sebanyak 63 kali. Pada suhu ini, ikan berada pada suhu normal sebhingga ikan tidak perlu terlalu banyak menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Frekuensi gerakan buka tutup operculum ikan, normal pada suhu yang normal, dalam artian tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat dalam melakukan gerakan buka tutup opeculum karena sudah sesuai dengan tingkat kebutuhan oksigen yang dubutuhkannya. Rata-rata frekuensi gerakan buka tutup operculum ikan pada air panas yang bersuhu 38ºC yaitu 56,8 kali.

b)      Percobaan II:
        Pada percobaan kedua ini, becker glass di isi dengan air dingin yang bersuhu 16ºC. Pada menit pertama, ikan melakukan gerakan buka tutup operculum sebanyak 65 kali. Pada menit kedua sebanyak 63 kali. Sebanyak 64 kali pada menit ketiga dan pada menit keempat sebanyak 70 kali serta sebanyak 69 kali pada menit kelima. Pada suhu dingin, ikan banyak melakukan garakan buka tutup operculum di bandingkan pada suhu yang panas. Hal itu disebabkan pada suhu yang dingin, oksigen yang terdapat pada lingkungan cukup tersedia sehingga kebutuhan oksigen ikan terpenuhi. Rata-rata frekuensi gerakan buka tutup operculum pada suhu dingin yaitu 66,2 kali. Pada suhu dingin, ikan tidak terlalu banyak melakukan aktivitas.



c)      Percobaan III:
Pada percobaan ketiga, becker di isi dengan air kran yang bersuhu 27ºC. pada menit pertama, ikan melakukan gerakan buka tutup operculum sebanyak 54 kali, pada menit kedua sebanyak 89 kali, pada menit ketiga sebanyak 71 sedangkan  pada menit keempat sebanyak 82 kali serta pada menit kelima sebanyak 74 kali. Pada suhu ini, ikan melakukan banyak gerakan buka tutup operculum. Hal ini disebabkan karena pada tempat yang bersuhu dingi, ikan mas koi membutuhkan oksigen yang lebih banyak, sedangkan oksigen yang tersedia tidak cukup banyak sehingga ikan tersebut harus melakukan pernapasan dengan cepat dan ini terlihat pada frekuensi gerakan buka tutup operculum dalam jumlah banyak setiap menitnya dibandingkan dengan percobaan sebelumnya. Rata-rata pergerakan buka tutupnya operculum ikan yaitu sebanyak 74 kali.
      Perbedaan rata-rata frekuensi gerakan operculum ikan mas koki ini terjadi karena adanya perbedaan suhu. Hal ini dapat kita lihat pada hasil pengamatan bahwa pada setiap suhu ikan mas koki memiliki perbedaan jumlah gerakan operculum. Dapat kita lihat bahwa pada suhu yang tinggi (air panas) rata-rata gerakan operculum ikan mas koki setiap menitnya cepat dibandingkan pada suhu normal dan suhu dingin. Sesuai dengan teori bahwa semakin panas suhu maka semakin besar pula aktivitas organisme khususnya proses respirasi pada ikan mas koki karena kecepatan penggunaan oksigen ikan mas koki pada suhu panas lebih besar dibandingkan suhu dingin dan suhu normal.









PERTANYAAN UNIT.

1.      Pada suhu berapa frekuensi gerakan (buka tutup) overculum tertinggi ?
Overculum tertinggi pada becker III ( 27º C)  =  74  kali/ menit

2.      Pada suhu berapa frekuensi gerakan (buka tutup) overculum terendah ?
Overculum terendah pada becker I ( 38º C)  =  74  kali/ menit

3.      Mengapa terjadi perbedaan frekuensi operculum ikan pada suhu yang berbeda ?
Faktor utama pada suhu air
Air mempunyai kapasitas spesifik terhadap panas. Artinya perubahan suhu dapat ditahan dan terjadi relatif lambat. Suhu air yang layak untuk kelangsungan hidup ikan adalah 270 C-320 C. Kenaikan suhu suatu juga dapat menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan disamping akan menaikkandaya racun suatu polutan terhadap organisme perairan.Suhu air berkisar antara 35-40 C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan kematian. Suhu air dapat mempercepat reaksi kimia, baik dalam media luarmaupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Suhu makin naik maka reaksi kimia semakin cepat, sedangkan konsntrasi gas dalam air akan semakin menurun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksitoleran (sakit sampai kematian). Ikan merupakan binatang berdarah dingin (Poikilothermal) sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar yang berfluktasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Komsumsi Oksigen dan fisiologi ikan akan mengalami kerusakansehingga ikan akan sakit. Suhu rendah akan mengurangi imunitas ikan.Sdangkan suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri.
suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya, dibuktikan dengan gerakan membuka dan menutup overculum ikan tersebut. Suhu yang di atur akan menimbulkan efek membuka dan menutup overculum ikan tersebut dari dari stabil akan menjadi semakin cepat atau semakin lambat. Ketika suhu dinaikan, gerakan operculum semakin cepat dan ketika suhu diturunkan gerakan operculum menjadi lambat.

























BAB 5
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Setelah melakukan sebuah praktikum pengamatan “ Pengaruh susu terhadap aktivitas organisme”

a)      Pada suhu panas (38ºC), frekuensi gerakan buka tutup operculum ikan mas koi normal.
b)      Pada suhu dingin (16ºC), frekuensi gerakan buka tutup operculum ikan sedikit membuktikan bahwa pada suhu dingin, ikan melakukan sedikit aktivitas.
c)      Pada suhu kran (27ºC), frekuensi gerakan buka tutup operculum ikan lebih banyak dibandingkan pada suhu panas dan suhu dingin, menandakan pada suhu air kran, ikan mas koi melakukan banyak aktivitas

B.  SARAN

1.      Untuk laboratorium
       Sebaiknya di laboratorium, alat-alat dan bahannya harus lengkap agar praktikum berjalan dengan lancar. Selain itu, kebersihan laboratorium harus dijaga.
2.      Untuk asisten
       Sebaiknya asisten mendampingi kelompok yang kurang memahami percobaan yang dipraktikumkan.
3.      Untuk praktikum
       Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam melihat hasil pengamatan dan kelincahan kita dalam mengoperasikan alat, selain itu perlu adanya perhatian dalam masalah kebersihan lab maupun sarana dan prasarananya.
DAFTAR PUSTAKA
Istiningdyah. 2010. Pengamatan hewan.http://istiningdyah.blogspot.com. diakses hari sabtu, tanggal 14 November 2013.

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Terj. dari: Biology. 5th ed. Oleh Manalu, W. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Mader, S.S. 2004. Biology. Boston. McGraw-Hill

Raven, P.H., G.B. Jhonson, J.B Losos, S.R. Singer. 2005. Biology. 7th ed. Boston. McGraw Hill Companies, Inc.
















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

             Suhu ialah ukuran purata tenaga kinetik zarah-zarah di dalam sesuatu bahan, dan ia berkaitan dengan betapa panasnya atau sejuknya suatu-suatu bahan.Meniti sejarah, dua konsep serupa telah dikemukakan secara berasingan untuk menjelaskan tentang suhu, iaitu penjelasan secara termodinamik dan penjelasan mikroskopik berdasarkan fizik statistik. Oleh sebab konsep termodinamik adalah suatu ukuran yang bersifat makroskopik sepenuhnya, maka takrifan termodinamik bagi suhu, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kelvin, dinyatakan sepenuhnya dalam bentuk pembolehubah empirik dan boleh diukur. Fizik statistik pula memberikan pemahaman yang lebih lanjut tentang termodinamik, iaitu dengan menggambarkan jirim sebagai sekumpulan zarah-zarah dengan bilangan yang banyak, lalu parameter termodinamik (iaitu makroskopik) diterbitkan daripada purata statistik parameter-parameter mikroskopik zarah-zarah tersebut.
            Suhu merupakan sifat fizikal yang menjadi dasar kepada anggapan lazim panas dan sejuk. Sesuatu benda yang panas pada amnya mempunyai suhu yang tinggi, walaupun suhu bukanlah ukuran terus untuk haba. Suhu adalah satu daripada parameter utama dalam termodinamik. Jika tidak terdapatnya aliran haba di antara dua objek, ini bererti objek-objek tersebut mempunyai suhu yang sama. Haba akan mengalir daripada objek yang mempunyai suhu yang tinggi kepada objek dengan suhu yang rendah. Ini adalah susulan daripada salah satu hukum-hukum termodinamik.
            Suhu diukur menggunakan termometer yang ditentukur pada banyak jenis skala suhu. Seantero dunia (kecuali Belize, Burma, Liberia dan Amerika Syarikat) menggunakan skala Celsius dalam kebanyakan pengukuran suhu. Dalam bidang sains pula, seluruh dunia menggunakan skala Celsius untuk mengukur suhu dan skala Kelvin untuk mengukur suhu termodinamik. Di Amerika Syarikat pula, skala Fahrenheit digunakan secara amnya oleh orang ramai untuk tujuan-tujuan biasa (industri, kaji cuaca, dan kerajaan)..
            Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah di ukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi. Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap oraganisme. Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi, yaitu “Hukum Shelford”. Dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana.
            Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan selanjutnya   menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran kativitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -70º C - 85ºC. secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 0ºC - 40ºC. Kebanyakan hewan hidup dalam rentangan suhu yang lebih sempit. Beberapa hewan dapat berthan hidup tetapi tidak aktif di bawah 0ºC, dan beberapa tahan terhadap suhu sangat dingin. Tidak ada hewan yang dapat hidup di atas suhu 50ºC, dan sedikit bakteria dan alga aktif dalam sumber air panas dengan suhu 70ºC. batas-batas untuk reproduksi lebih sempit daripada suhu hewan dewasa bertahan hidup, tetapi embrio kebanyakan homoeterm lebih tahan terhadap rentangan suhu yang lebih besar daripada yang dewasa.
            Makhluk hidup harus mampu beradaptasi terhadapperubahan suhu. Suhu tidak hanya penting dalam sensasi langsung, dimana hewan berusaha untuk menghindari terlalu panas atau terlalu dingin, akan tetapi secara evolusi suhu juga berpengaruh dalam perkembangan sistem hidup. Misalnya peningkatan suhu yang hanya beberapa derajat akan tetapi menyebabkan peningkatan laju reaksi kimia yang sangat besar. Biasanya laju reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat setiap kenaikan temperature  sebesar 10ºC.

0 komentar:

Posting Komentar